DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata
Pengantar
.....................................................................................................1
Daftar
Isi
..............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
.....................................................................................3
B. Tujuan
..................................................................................................4
C. Rumusan
Masalah ...............................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi fisiologi payudara.................................................................5
B. Fisiologi dari laktasi
...........................................................................8
C. Hormon-Hormon yang Mempengaruhi Laktasi .................................9
D. Refleks dari proses laktasi
.................................................................11
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
.........................................................................................13
B. Saran
...................................................................................................13
Daftar Pustaka .......................................................................................................14
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki - laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda
kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah
dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air
Susu Ibu ( ASI ) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan -
bulan pertama kehidupan.
Payudara (mammae, susu) adalah
kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara
adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Menjelang
akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui, tetapi
hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di
lahirkan cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi harus dilaksanakan
berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara teratur
sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan hambatan
paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di
negara-negara maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang
demikian ketat.
Bidan mempunyai peranan yang sangat
istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Bidan dapat membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum yang terjadi.
B.
Tujuan
1.
Mahasiswa
mengetahui anatomi fisiologi payudara
2.
Mahasiswa
mengetahui fisiologi laktasi
3.
Mahasiswa
mengetahui refleks dari proses laktasi
C.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
anatomi fisiologi payudara
2.
Bagaimana
fisiologi dari laktasi
3.
Bagaimana
refleks dari proses laktasi
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Anatomi fisiologi payudara
Dalam istilah medik, payudara disebut
glandulla mammae yang berasal dari bahasa latin Payudara ( mammae, susu )
adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada. Terletak
sekitar iga kedua atau ketingan sampai iga keenam atau ketujuh. Ukuran normal10-20
cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram. Pada wanita aterm
mencapai 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Payudara
menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya akan mengecil setelah
menopouse. Pembesaran ini terutama di sebabkan oleh perttumbuhan stroma
jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Biasanya payudara tidak
menjamin banyaknya jumlah air susu yang dihasilkan.
Payudara berkembang sejak usia kehamilan
enam minggu dan cepat membesar karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron.
Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan ampulla sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain
seperti prolaktin, growth hormon, adrenokostikosteroid dan tiroid juga diperlukan
dalam kelenjar susu.
Payudara tersusun dari jaringan
kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Dilihat dari luar, payudara terbagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1.
Korpus
( badan ), yaitu bagian yang besar.
2.
Areola
, yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman.
3.
Papilla
atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Secara Mikroskopis payudara perempuan
memiliki 3 unsur, yakni kelenjar susu (alveolus) yang menghasilkan susu,
saluran susu ( duktus laktiferus ) dan jaringan penunjang yang mengikat
kelenjar-kelenjar susu.
a. Korpus Mammae
Payudara terdiri dari 15-25 lobus.
Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing
lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan
saluran air susu atau sistem duktus sehingga merupakan suatu pohon. Bila
diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran
air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah areola mammae duktus
laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus/gudang susu ( ampula ) di
mana tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus
bercabang-cabng menjadi duktus dan duktulus.
Jaringan penyangga pada korpus mammae tersusun atas
bagian-bagian :
-
Jaringan
ikat
-
Jaringan
lemak
-
Pembuluh
darah
-
Syaraf
-
Pembuluh
limfe
b. Areola
Puting susu dan areola adalah gudang
susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting dan
areola terdapat ujung-ujung saraf peraba yang penting pada proses refleks saat
menyusui, dan daerah yang mengalami hiperpigmentasi lebih atau bagian tengah
yang berwarna kehitaman. Warna kegelapan disebabkan oleh penipisan dan
penimbunan pigmen pada kulit, dengan luas 1/3 atau 12 dari payudara. Puting
susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan
menyusu.
Pada
umumnya puting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai
puting yang panjang, datar atau masuk kedalam. Namun, bentuk puting tidak
selalu berpengaruh pada proses laktasi. Pada ujung puting susu terdapat 15-20
muara lobus ( duktus laktiferus ), sedangkan areola mengandung sejumlah
kelenjar seperti kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Kelenjar lemak merupakan
kelenjar Montgomery yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan
cairan agar puting tetap lunak dan lentur. Di bawah areola saluran yang besar
melebar, disebut Sinus Laktiferus. Di dalam dinding alveolus mapupun
saluran-saluran, terdapat otot polos yang bisa berkontraksi memompa ASI keluar.
c. Papila Mammae ( Puting Susu )
Saluran susu bermuara ke puting susu,
puting susu terletak setinggi kosta IV,tetapi berhubung adanya variasi bentuk
dan ukuran payudara maka letaknya bervariasi pula. Puting susu memiliki lebih
kurang 20 ujung saluran susu yang berhubungan dengan kelenjar yang berada di
payudara. Jaringan penunjang terdiri dari jaringan lemak dan jaringan ikat yang
berada diantara kelenjar susu dan ketiak di atas tulang clavikula. Kelenjar
getah bening ini berfungsi sebagai benteng yang menyaring sel-sel yang meradang
akibat infeksi. Jika terjadi infeksi, sel getah bening akan membesar. Kelainan
yang terjadi pada payudara seperti kangker, bisa terlokalisir pada kelenjar
getang bening tersebut. Dalam keadaan normal, kelenjar getah bening tidak
terasa sewaktu diraba. Namun kalau kanker menyebar ke kelenjar getah bening,
kelenjar ini akan terasa seperti benjolan kecil.
2.
Fisiologi dari proses laktasi
Selama kehamilan hormon yang dihasilkan
placenta yaitu laktogen, koriogonadrotopin, estrogen dan progesteron
menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam payudara.
Hormon laktogen dan placenta dan hormon prolaktin dan hipofisis (
glandullapititari ) anterior merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI
tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayo meskipun kadar prolaktin cukup
tinggi karena dihambat oleh estrogen. Setelah persalinan, kadar estrogen dan
progesteron menurun dengan lepasnya placenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi
sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen, maka
produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan
oleh menyusuinya bayi pada payudara itu.
Pelepasan ASI berada di bawah kendali
neuroendrokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan
merangsang produksi prolaktin yang memacu sel-sel kelenjar memproduksi ASI,
sehingga semakin bayi menyusui semakin banyak prolaktin yang diproduksi
sehingga makin banyak produksi air susu, proses ini dikenal dengan refleks prolaktin.
Dengan bayi mengisap juga merangsang
hipofisis (glandula pituitari) posterior mengeluarkan horon oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel - sel miopitel. Proses ini disebut refleks let down
atau pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia buat bayi. Dalam hari-hari dini
laktasi, reflek pelepasan ASI ini tidak dipengaruhi olehkeadaan emosi ibu.
Nantinya, pelepasan ASI dapat dihambat
oleh keadaan emosi ibu bila ibu merasa takut,lelah,malu, dan merasa tidak pasti
atau bila merasa nyeri.
Hisapan Bayi memicu pelepasan ASI dan
alveoli mammae melalui duktus ke sinus
laktiferus. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofisis
(pituitari) posterior.oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi
sel-sel miopitel yang mengelilingi alveoli mammae dan ductus lactiferus.
Kontraksi sel miopitel ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui ductus
laktiferus.menuju ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi
mengisap ,ASI dalam sinus ini dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya
let down dapat dipicu tanpa tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi
bila ibu mendengar bayi mendengar atau sekedar memikirkan bayinya.
Let down penting sekali bagi pemberian
ASI yang baik. Tanpa let down, bayi dapat mengisap terus menerus tetapi hanya
memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam panyudara.
3.
Hormon-Hormon yang Mempengaruhi
Laktasi
Laktasi Adela Proses produksi, sekresi dan pengeluaran
ASI. Hormon yang mempengaruhi laktasi ada lima hormon, yakni progesteron,
estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental laktogen. Hormon-hormon berikut
mempunyai fungsi tewrhadap pembentukan asi, hormon-hormon ini muncul pada saat
bulan ketiga dari kehamilan. Fungsi dari masing-masing hormon adalah sebagai
berikut:
1.
Progesteron yaitu
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron menurun sesaat
setelah kelahiran. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2.
Estrogen
menstimulasi saluran asi untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat
melahirkan dan tetap rendah, selama sang ibu masih menyusui. Karena itu, ibu
menyusui mengghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi asi.
3.
Prolaktin berperan
dalam membesarnya alveolidalam kehamilan. Prolaktin merupakan sauatu hormon
yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peranan penting
untuk memproduksi asi, dan meningkat selama kehamilan. Peristiwa lepas
atau keluarnya plasenta pada akhir akan membuat kadar estrogen dan progesteron
berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya
prolaktin. Peningkatan prolaktin akan menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi
adalah pada malam hari dan penghentian pertama pemberian air susudilakukan pada
malam hari.
4.
Oksitosin
mengencangkan otot halus pada rahim saat proses melahirkan dan setelahnya,
seperti halnya dalam organisme. Setelah melahirkan oksitosin juga mengencangkan
otot halus disekitar alveoli untuk memeras asi menuju saluran susu. Oksitosin
berperan dalam proses turunya susu.
5.
Human placental lactogen (HPL) sejak bulan
kedua placenta sering mengeluarkan HPL, yang berperan dalam pertumbuhan
payudara,puting dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
dalam masa kehamilan, payudara siap memproduksi asi. Namun, asi dapat
diproduksi tanpa proses kehamilan
Kelenjar
payudara mengalami pertumbuhan selama kehamilan sebagai akibat kerja sinergis
beberapa hormon tersebut. Salah satu efek hormon tersebut adalah proliferasi
alveoli sekretoris ujung ductus intralobularis. Alveoli steris terdiri atas
epitel kuboid dengan sel mioepitel stela di antara kelenjar bervariasi antar
lobulus dan bahkan di dalam setiap lobulus. Ketika alveoli dan sistem ductus
tumbuh dan berkembang selama kehamilan sebagai persiapan laktasi, stroma
menjadi kurang mencolok. Jaringan ikat longgar dalam lobulus terifiltrasi oleh
limfosit dan sel plasma. Sel plasma menjadi lebih banyak pada kehamilan, ketika
sel-sel ini mulai memproduksi imunoglobulun (IgA sekretoris). Pada kehamilan
lanjut, alveoli dan ductus kelenjar melebar oleh tumpukan kolostrum, suatu
cairan yang kaya akan protein, vitamin A, elektrolit, dan antibodi. Setelah
melahirkan, kadar esterogen dan progesteron dalam darah menurun dan alveoli
kelenjar payudara menjadi sangat aktif memproduksi air susu, yang terutama
dipengaruhi oleh hipofisis anterior. Bila wnita menyusui, isapan anak
akan merangsang reseptor taktil pada putting susu, yang berakibat pelepasan
hormon oksitosin dari hipofisis posterior. Hormon ini menimbulkan kontraksi
otot polos di sinus dan ductus lactiferi, serta sel mioepitel alveoli yang menimbulkan
reflex ejeksi air susu.
4.
Refleks dari proses laktasi
1. Reflek
prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca oersalinan, yaitu lepasnya
plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron
juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara
karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran
faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran
faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan
merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu
menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak
dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke
2-3. Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti
: stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan puting susu.
2.
Reflek let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin
oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke
hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi
dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.Kontraksi.dari.sel.akan.memeras.air.susu.yang.telah.terbuat, keluar.dari.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Laktasi adalah
proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI. Laktasi tersebut terjadi pada
glandula mamae atau payudara. Payudara merupakan struktur kulit yang
termodifikasi, bergrandular pada anterior thorax. Struktur anatomi payudara
terdiri dari struktur makroskopis yaitu Caudal Axillaris, Areola, dan Papilla
Mamae. Struktur mikroskopis yang terdiri dari Alveoli , Tubulus Lactifer,
Ductus Lactifer, dan Ampulla. Laktasi dipengaruhi oleh kerja homon progesteron,
estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental laktogen. Pada masa laktasi
terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu
adalah refleks prolactin dan refleks oksitosin (let down reflex).
SARAN
Bagi ibu
menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang sangat penting sehingga harus
dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga organ reproduksi terutama
payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang payudara. Selain itu
dengan merawat payudara kitaterutama pada seorang Ibu maka zat gizi yang di
perlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Pitriani,
Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas ( askeb III ).
Yogyakarta: Deepublish
Tidak ada komentar:
Posting Komentar