Minggu, 23 April 2017

kasus kode etik di bidang kesehatan



MAKALAH ETIKOLEGAL
“Mencari kasus kode etik di bidang kesehatan”



Di susun oleh :
Desiani puteri darwanti (16140197)
Kelas :
B 13.2





DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNUVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 300/100.000 persalinan hidup. Jika perkiraan persalinan di Indonesia sebesar 5.000.000 orang maka akan terdapat sekitar 15.000 sampai 15.500 kematian ibu setiap tahunnya atau meninggal setiap 30 sampai 40 menit. Jumlah kematian perinatal sekitar 40/1000 artinya jumlah absolut 200.000 orang atau terjadi setiap 2-2,5 menit (Manuaba, 2013).

Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Faktor utama yang menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah karena faktor perdarahan (27%), Pre-eklamsia dan Eklamsia (23%) kemudian Infeksi (11%), Abortus (5%), komplikasi puerperium (5%), Emboli Obstetrik (5%), Partus Lama (5%)  dan lain-lain (11%) (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak yaitu sebanyak (27%). Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus (Wiknjosastro, 2010).

Di wilayah Asia Tenggara, Word Healt Organization (WHO) memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia . Resiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara diperkirakan antara satu sampai 250, negara maju hanya satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup tinggi (Lusa, 2012).
Abortus atau keguguran adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Kejadian abortus sulit diketahui, karena sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan. Keguguran spontan diperkirakan sebesar 10 sampai 15%. Abortus terbagi menjadi dua macam yaitu abortus yang terjadi secara spontan (iminenss, insipiens, komplit, inkomplit, missed abortion dan abotions habitualis) dan abortus yang terjadi secara buatan (indikasi medis dan indikasi sosial) (Manuaba, 2013).

Abortus Iminenss adalah abortus atau perdarahan perpagivinam pada umur kehamilan < 20 minggu. Pada keadaan ini terjadi ancaman proses keguguran, namun produk kehamilan belum keluar atau masih dapat dipertahankan. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan usia kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim. Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan perdaran dari kanalis servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dan dapat dirasakan kontraksi otot rahim. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berminat melakukan penulisan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada    Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016 “.













B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016 ? “.

C.      TUJUAN PENULISAN
1.         Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016 dengan menggunakan manajement Varney sesuai dengan kompetensi dan wewenang bidan.
2.         Tujuan Khusus
a)         Untuk melakukan pengumpulan data dasar pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016.
b)        Untuk melakukan pengkajian dan analisa data pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016.
c)         Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016.
d)        Mengindentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016.
e)         Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016.
f)         Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016.
g)        Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. K Dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti Pekanbaru Tahun 2016.






D.      RUANG LINGKUP PENULISAN
1.    Sasaran
Sasaran atau subjek dalam penulisan studi kasus ini adalah Ibu hamil Ny. K Dengan Abortus Iminens.
2.    Tempat
Dalam penulisan studi kasus ini penulis mengambil tempat yang mudah dijangkau dan juga sudah mengetahui situasi dan kondisi tempat tersebut karena penulis telah pernah melakukan praktik lapangan ditempat tersebut, dan penulis mengambil studi kasus di RB Karya Bhakti Pekanbaru Jln Karya Bhakti No 99.
3.    Waktu
 Studi kasus ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 12 Juni 2016.

E.       MEMPEROLEH PENGUMPULAN DATA
1.    Metode Bagian Pustaka
Dalam penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan media kajian pustaka dengan cara mencari buku-buku pedoman dan buku referensi di perpustakaan maupun toko buku.
2.    Metode Media Elektronik
Selain dari media pustaka kami sebagai penulis mencari referensi melalui media elektronik seperti pencarian reverensi tentang teori Abortus Iminens melalui internet.
3.    Observasi Partisipasi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan langsung pada klien guna memperoleh data objektif untuk menegakkan diagnosa terhadap klien.
4.    Wawancara
Yaitu untuk mendapatkan data subjektif langsung dari klien dan keluarganya.







F.      SISTEMATIKA PENULISAN
*      BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.    Tujuan Penulisan
D.    Ruang Lingkup
E.     Manfaat Penulisan
F.     Metode Pengumpulan data
G.    Sistematika Penulisan
*      BAB II TINJUAN PUSTAKA
·         Tinjuan Teori Medis
1.    Definisi Abortus Iminenss
2.    Etiologi
3.    Patofisiologi
4.    Tanda dan gejala
5.    Diagnosa
6.    Komplikasi
7.    Penatalaksanaan
·         Tinjuan Teori Asuhan Kebidanan
1.      Definisi
2.      Manajemen Varney
*      BAB III TINJUAN KASUS
A.    Pengumpulan Data
B.     Dokumentasi Asuhan Kebidanan (S.O.A.P)
*      BAB IV PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
A.    Pengkajian
B.     Interpretasi Data Dasar
C.    Diagnosa Potensial
D.    Tindakan Segera
E.     Perencanaan
F.     Pelaksanaan
G.    Evaluasi
*      BAB V PENUTUP
A.    KesimpulaN
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A.      TINJUAN TEORI MEDIS
1.      Definisi Abortus Iminenss
Abortus atau keguguran adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Kejadian abortus sulit diketahui, karena sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak yang dilakukan atas permintaan. Keguguran spontan diperkirakan sebesar 10 sampai 15%. Abortus terjadi menjadi dua macam yaitu abortus yang terjadi secara spontan (iminens, insipiens, komplit, missed abortion dan abortion habitualis) dan abortus yang terjadi secara buatan (indikasi medis dan indikasi sosial) (Manuaba, 2013).
Abortus Iminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang (Kusmiati, 2009).
2.      Etiologi
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006 : 368) Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a.    Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
1.        Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi).
2.        Embrio dengan kelainan lokal.
3.        Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas) (Cunningham, 2005:952). Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008:297).
b.        Faktor Maternal
1.      Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
2.      Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3.      Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4.      Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5.      Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6.      Penyakit endrokin
c.         Faktor Resiko
1.      Usia
Usia dibawah 20  tahun dan di atas 43 tahun merupakan usia resiko untuk hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.
2.      Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (Mulyati, 2003). Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.
3.      Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%. Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).


4.      Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
5.      Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6.       Merokok
Penelitian epidemiologi mengenai merokok tembakau dan abortus spontan menemukan bahwa tembakau dapat sedikit meningkatkan resiko untuk terjadinya abortus spontan. Namun, hubungan antara merokok dan abortus spontan tergantung pada faktor-faktor lain termasuk konsumsi alkohol, perjalanan reproduksi, waktu gestasi untuk abortus spontan, kariotife fetal, dan status sosial ekonomi. Peningkatan angka kejadian abortus spontan pada wanita alkoholik mungkin berhubungan dengan akibat tak langsung dari gangguan terkait alkoholisme (Norma, 2013).
7.      Radiasi
Radiasi ionisasi menyebabkan gangguan hasil reproduksi, termasuk malfarmasi kongenital, restraksi pertumbuhan intrauterin dan kematian embrio. Pada tahun 1990, Komisi Internasional Terhadap Perlindungan Radiasi menyarankan untuk wanita dengan konsepsi tidak terpapar lebih dari 5 mSv selama kehamilan. Penelitian – penelitian mengenai kontaminasi radioaktif memperlihatkan akibat Chernobyl yang meningkatkan angka kejadian abortus spontan di Finlandia dan Norwegia (Norma, 2013).
3.      Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305). Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Prawirohardjo, 2009).
4.      Tanda dan Gejala
Menurut Sukarni (2013) tanda dan gejala abortus iminenss adalah sebagai berikut :
1.    Terdapat keterlambatan datang bulan
2.    Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3.    Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
4.    Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup.
5.    Dapat dirasakan kontraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes kehamilan positif.
5.      Diagnosa
Diagnosis abortus  imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules. Menurut Norma (2013), diagnosa abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terasa mules. Kecurigaan tersebut dapat pula diperkuat dengan tes kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kahamilan secara biologis. Yang harus diperhatikan yaitu macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina.
6.      Komplikasi
Menurut Norma (2013) Abortus Iminens dapat menimbulkan beberapa komplikasi yaitu :
1.        Perdarahan (hemorrhage)
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kamatian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.        Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histrektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persalam gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi uterus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengabil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3.        Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion).
4.        Syok
Syok pada abortusbisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

Pemeriksaan penunjang :
a.       Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b.      Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c.       Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
7.      Penatalaksanaan
1.      Istirahat total ditempat tidur
a.    meningkatkan aliran darah ke rahim
b.    mengurangi rangsangan mekanis
2.      Obat–obatan  yang dapat diberikan :
a.    Penenang, Fenobarbital 3 x 30 mg, Valium
b.    Anti-perdarahan, Adona, Transamin
c.    Vitamin B Kompleks
d.   Hormon Progesteron
e.    Penguat plasenta, Gestanon, Duphaston.
f.     Anti –kontraksi rahim, Duvadilan, Papaverin
3.      Evaluasi
a.    Jumlah dan lama perdarahan
b.    Tes kehamilan dapat diulangi
c.    Konsultasipada dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut dan pemeriksaan ultrasonografi.

B.       TINJUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1.      Definisi
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan–penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. (Varney, 1997).





PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
       
Pada pembahasan ini penulis membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Iminens. Maka untuk mempermudah pembahasan penulis disini membagi dalam 7 tahap yaitu Pengumpulan data dasar, Interpretasi data dasar, Diagnosa potensial, Tindakan segera, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi.

A.      PENGKAJIAN
Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data dasar melalui anamnesa. Pada tahap ini penulis tidak menemukan suatu kesulitan yang dapat menganggu pengumpulan data dasar yang dilakukan karena respon ibu dan keluarga dalam memberikan informasi sangat membantu bidan yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah pasien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan pasien. Menurut teori, Abortus Iminens terjadi dengan gejala terdapat keterlambatan datang bulan dan perdarahan, disertai sakit perut atau mules.
Berdasarkan laporan kasus pasien datang pada tanggal 12 Juni 2016, ini merupakan kehamilan pertama, dengan usia kehamilan 11-12 minggu, dan usia ibu sekarang 24 tahun, pendidikan terakhir SMA, IRT, dan datang keluhan keluar flek-flek dan diserta rasa mules. Maka dalam pengkajian yang menyeluruh tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus didapat lapangan.

B.       INTERPRETASI DATA DASAR
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik subjektif maupun data objektif. Ibu dengan Abortus Iminens datang dengan adanya pengeluaran flek-flek darah dan rasa nyeri pada perut. Masalah yang terjadi pada ibu yaitu keluarnya flek – flek dan darah merah segar. Kebutuhan untuk ibu yaitu bed rest total. Berdasarkan teori tentang abortus iminens yang dikemukan oleh Sukarni (2013) bahwa tanda dan gejala yang terjadi terhadap abortus iminens adalah terdapat keterlambatan datang bulan dan terddapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules dan tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.

C.      DIAGNOSA POTENSIAL
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen asuhan kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memugkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi, pada kasus abortus iminens jika tidak ditangani maka akan mengakibatkan abortus insipiens. Dan pernyataan diatas di dukung oleh teori yang dikutip oleh Wildan dkk (2008) bahwa diagnosa potensial pada kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya abortus insipiens
Dari data di atas tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan praktik.

D.      TINDAKAN SEGERA
Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi pada diagnosa potensial. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi. Tindakan segera yang harus dilakukan pada ibu dengan abortus iminens yaitu bed rest total. Berdasarkan tindakan yang dilakukan bidan kepada ibu yang didukung oleh teori yang dikutip oleh Wildan dkk (2008) bahwa Antisipasi tindakan segera dalam kasus abortus iminens yaitu: Bed rest total dan segera kolaborasi dengan dokter Obsgyn  secara umum berdasarkan teori dan tindakan yang dilakukan oleh bidan di lapangan tidak ada dijumpai kesenjangan.
E.       PERENCANAAN
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif ditujukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi pasien serta hubungannya dengan masalah yang dialami pasien dan juga meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap pasien serta konseling. Rencana tindakan harus disetujui pasien dan semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya.
    

F.       PELAKSANAAN
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pasien.Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan pasien sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Menurut Wildan dan Hidayat (2008), melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggug jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar terlaksana.
Pada studi kasus ibu hamil dengan abortus iminens, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksankan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari pasien serta adanya dukungan dari keluarga. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.

G.      EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu mengalami perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Evaluasi manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi, memtuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.
Evaluasi yang telah dilakukan kepada ibu dengan kasus abortus iminen adalah rasa cemas ibu berkurang, ibu telah melakukan bed rest total, dan dokter Obgyin telah duhubungi, dan setelah dilakukan observasi keadaan ibu selama 2 jam keadaan ibu tidak membaik sehingga diperlukan rujukan untuk mengantisipsi keadaan yang tidak diinginkan. Dalam melakukan tindakan ini tidak ada kesenjangan antar teori dan praktek di lapangan 

PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Pada hamil dengan Abortus Iminens di RB Karya Bhakti. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus tersebut sebagai berikut:
1.         Pada pengumpulan data dasar didapatkan hasil dari pengkajian pada tanggal 12 Juni 2016 Pukul 11.00 WIB terhadap ibu TTV TD: 120/70 mmHg, Nadi: 88 x/I, Rr: 24 x/I, keluar flek-flek hitam dan darah segar, mules pada perut, DJJ Positif.
2.         Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap ibu hamil dengan abortus iminens.
3.         Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah tidak diatasi yaitu abortus insipiens.
4.         Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu langkah awal memberikan terapi dengan menganjurkan ibu bed rest total.
5.         Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil dengan abortus iminens yaitu berikan kebutuhan psikologis, bed rest total, kolaborasi dengan dokter obgyin, dan mengobservasi keadaan ibu.
6.          Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat yaitu berikan kebutuhan psikologis dengan dukungan emosional , bed rest total, kolaborasi dengan dokter obgyin, dan mengobservasi keadaan ibu.
7.         Hasil evaluasi terhadap ibu hamil dengan abortus iminens yaitu rasa cemas ibu berkurang, ibu telah melakukan bed rest total, dan dokter Obgyin telah dihubungi, dan setelah dilakukan observasi keadaan ibu selama 2 jam keadaan ibu tidak membaik sehingga diperlukan rujukan.
B.       SARAN
1.      Bagi Bidan
Lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan lebih baik lagi pada pasien, terutama ibu hamil dengan abortus iminens.
2.      Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan promosi kesehatan pada ibu hamil dengan karakteristik tanda bahaya dalam kehamilan yang terjadi pada ibu hamil dan dapat lebih mendalami tentang abortus.



DAFTAR PUSTAKA
http.//lew_island.wordpress.com/aborsi.htm
John Ankerberg – John Weldon, 1995; The Facts On Abortion: Answers from Science and the Bible about When Life Begins; Harvest House Publishers, Eugene, Oregon
Sheila Kitzinger, 1994; Being Born; Dorling Kindersley, London


Tidak ada komentar:

Posting Komentar